Berita dan Pengumuman

Health Podcast “Pelecehan Seksual: Aware Is The Key”

  • Di Publikasikan Pada: 13 May 2022
  • Oleh: Admin FIK

Maraknya aksi pelecehan seksual saat ini menjadi ketakutan dan kehawatiran kita bersama, seperti yang ramai diperbincangkan, seorang guru yang juga pemilik pondok pesantren di Bandung cabuli 14 orang santrinya hingga hamil dan melahirkan, aksi bejat ini mengakibatkan beberapa korban hamil dan melahirkan 9 bayi. Pondok pesantren yang dianggap aman pun belum tentu aman. Kasus ini menjadi bukti bahwa korban memakai baju tertutup dan berada di lingkungan pendidikan berbasis agama. Namun tetap diperkosa, karena kekerasan seksual berakar dari otak jahat pelaku, perempuan sebagai korban berada di posisi rentan, dan pelaku punya kuasa.

Masih banyak korban pelecehan seksual justru enggan untuk melapor dan cenderung menyalahkan diri sendiri. Akibatnya, kasus demi kasus makin banyak yang muncul karena kurangnya pemahaman dan penanggulangan atas kejadian pelecehan seksual yang terjadi. Adanya tekanan sosial, malu, dan lemahnya hukum menjadi pemicu kenapa angka kasus pelecehan seksual masih terbilang tinggi. Di satu sisi, hal ini juga membuat korban merasa tersudutkan dan tertekan, bahkan hingga depresi.

Lantas, bagaimana kita sebagai remaja menanggulangi diri terhadap maraknya kasus pelecehan seksual yang terjadi, yang terpenting remaja juga harus paham apasih pelecehan seksual itu?

Pelecehan seksual adalah segala tindakan seksual yang tidak diinginkan, permintaan untuk melakukan perbuatan seksual, tindakan lisan atau fisik atau isyarat yang bersifat seksual, atau perilaku lain apapun yang bersifat seksual, yang membuat seseorang merasa tersinggung, dipermalukan dan/atau terintimidasi. Dengan kata lain, pelecehan seksual adalah penyalahgunaan perilaku seksual, permintaan untuk melakukan perbuatan seksual (undangan untuk melakukan perbuatan seksual atau permintaan untuk berkencan), pernyataan lisan atau fisik melakukan atau gerakan yang menggambarkan perbuatan seksual, dan pesan yang menampilkan konten seksual eksplisit dalam bentuk cetak atau bentuk elektronik, serta adanya tindakan kearah seksual yang tidak diinginkan (penerima telah menyatakan bahwa perilaku itu tidak diinginkan, penerima merasa dihina, tersinggung dan/atau tertekan oleh perbuatan itu), adanya perilaku fisik (seperti menyentuh, mencium, menepuk, mencubit, atau kekerasan fisik seperti perkosaan), serta adanya sikap seksual yang merendahkan (seperti melirik atau menatap bagian tubuh seseorang).

Penting bagi remaja untuk tahu beragam bentuk pelecehan ini agar lebih dapat mengidentifikasi sehingga kemudian dapat membantu mengintervensi ketika pelecehan itu terjadi. Kurangnya edukasi seksual sebenarnya juga menjadi salah satu akar permasalahan dari maraknya pelecehan seksual. Sebab, remaja jadi kurang mengerti soal batasan seksual yang biasanya diajarkan dalam pendidikan seksual. Remaja kurang well inform terhadap isu-isu ini, remaja kurang paham mana yang sebenarnya bercanda dan mana yang pelecehan.

Salah satu tindakan riil yang dilakukan oleh Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya untuk mengedukasi remaja adalah adanya health podcast bersama Wakil Dekan I sekaligus Dosen Keperawatan Maternitas FIK UMSurabaya Ibu Supatmi, S.Kep.,Ns.,M.Kes. Ibu Supatmi memaparkan bahwa mencegah pelecehan seksual dimulai dari diri sendiri, “aware is the key” kita tidak pernah tahu kapan dan bagaimana pelaku pelecehan seksual menyerang korbannya, jadi usahakan untuk selalu waspada dimanapun dan kapanpun. Serta jangan takut untuk speak up dan tegas, pelaku pelecehan sesual biasanya menyasar korban yang terlihat lemah, sehingga ketika kita menunjukkan sikap tegas dan tidak takut melakukan perlawanan, secara tidak langsung kita pun sudah memotong niat jahat pelaku.

Oleh: Ira Purnamasari